Bermodal gratisan (karena undangan liputan pada bulan Januari lalu), saya dan seorang teman diundang ke sebuah acara spektakuler yang keren banget (dan baru nyadar kalau ada acara sekeren ini di Bali) namanya Devdan Show – Treasure of Archipelago. Acara ini menyajikan perpaduan budaya Indonesia yang dikemas ke dalam rangkaian tari kontemporer, akrobatik, musik dan hi-tech special effects untuk pencahayaan dan latar belakang panggung.
Kata “Devdan” berasal dari Bahasa Sansekerta ‘Deva‘ and ‘Dhana‘, yang artinya “Anugerah Tuhan”. Jadi maksudnya, dalam pentas ini, kekayaan Indonesia merupakan anugerah Tuhan bagi rakyat Indonesia itu sendiri.
Cerita Devdan diawali dengan petualangan dua orang anak kecil yang tergabung dalam sebuah grup dalam rangka tur ke Bali. Tak lama sejak pemandu wisata menjelaskan sebuah obyek wisata, mereka merasa bosan dan memisahkan diri dari rombongan. Mereka lalu memanjat sebuah tebing karena melihat peti harta karun yang menarik perhatian mereka.
Ternyata isinya adalah Udeng (hiasan kepala khas Bali bagi laki-laki), Songket Sumatera, Keris, alat musik khas Borneo, dan yang terakhir adalah Koteka dari Papua. Isi peti harta karun tersebut pun membawa kedua anak dan penonton untuk menyaksikan keindahan budaya di Indonesia.
Pertama mereka dihibur oleh suguhan kebudayaan Bali, mulai dari pentas tari Kecak layang-layang, dan tari tradisional untuk perayaan masa panen ketika mereka menemukan benda pertama dalam peti, yaitu Udeng. Selanjutnya, sepotong kain Songket Sumatera menjadi jalan bagi mereka untuk menyaksikan tari Saman berlatar desa tradisional di Sumatra. Dibalut dengan melodi khas Melayu membuat saya dan penonton berdecak kagum!
Selanjutnya mereka dibawa ke wilayah Jawa ketika mereka menemukan Keris, senjata khas dari pulau Jawa. Mereka dihibur oleh aksi Wayang yang memukau, dan boneka-boneka Wayang tersebut berubah menjadi manusia!
Ini nih, yang paling memikat mata saya; pertunjukan aerial strap akrobatik ketika tiba di Borneo. Dua sejoli yang meliuk-liuk di udara dengan indahnya menampilkan gaya akrobatik yang membuat saya menghela nafas saking takutnya mereka akan jatuh! Hihihi.
Tari khas suku Dayak, tari jaring, dan tari-tarian di air (di panggung ada air beneran lho!) juga menghiasi panggung Borneo. Sebagai penutup, Papua ambil bagian. Penari-penarinya menghias wajah mereka seperti layaknya orang Papua, memakai pakaian khas daerah tersebut, dan seluruh pertunjukan kolosal disajikan secara apik, klasik, dicampur dengan nuansa kontemporer yang cemerlang.
Beruntung sekali rasanya saya bisa menyaksikan pertunjukan ini. Keren. Banget pokoknya!
Kalau berencana untuk liburan ke Bali nggak ada salahnya datang ke Bali Nusa Dua Theatre setiap Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu jam 7 malam. Oh ya, untuk harga tiket bisa dilihat di website resminya disini.
Thank you for reading, fellas!
Lots of love,
Travelling Pertama ke Singapore (Part II) | The Journal Story
[…] salah satu event yang nggak boleh dilewatkan selagi mampir di Sentosa. Pertunjukan ini mirip dengan Devdan show di Nusa Dua Theatre dalam artian kedua event ini memadukan seni, kreativitas, light art dan 3D […]