Musim nikah, musim banyak undangan, musim foto-foto pre-wedding bikin envy bertebaran di linimasa media sosial manapun.

Umur sudah akan seperempat abad dan perbincangan ‘menikah’ sudah fasih dilafalkan keluarga, meski tidak sering: mulai dari tahun menikah, panduan memilih ala ayuning dewasa, budgeting, upacara adat dan resepsi, and the list goes on (1). Percakapan ini juga sering dibahas sama Mr. Calon tentang perlu nggak pakai foto pre-wedding, nanti menghubungi teman yang mana buat jasa video, dekorasi, catering, undangan, and the list still goes on (2) —ada yang mau sponsori? 

Ngomong-ngomong soal engagement photo atau foto pre-wed, do I really need it? Well, kalau cuma untuk pamer kita pakai jasa siapa dan lokasi gorjess nya dimana, I don’t think so. Mungkin sebagian besar menganggap hal ini perlu untuk sekalian dicetak di undangan atau souvenir, misalnya. Sayangnya saya termasuk ke dalam ‘sebagian kecil orang yang menganggap foto ini tidak perlu. Memang buat apa? Biar yang datang kenal muke kite atau calon suami? Bzz.

Saya tahu ini moment sekali seumur hidup. Tapi moment ini juga sekaligus menentukan hidup—penentuan rekening tipis, kering atau nahas. Jikalaupun disetujui, mungkin saya memang tidak akan berfoto dengan dempul make-up aduhai karena:

  1. This is way too expensive. Belum make up, belum baju, tempat —capek dan berbayar. Lebih bagus buat DP rumah atau mobil, gitu?
  2. Nggak efisien. Sekalinya nyari hari yang berbeda untuk photo session aja, setelahnya dipajang begitu aja. Mending dandan maksimal pas hari-H, bikin dokumentasi yang ‘bercerita’.
  3. Bakalan dibuang orang. Foto mesra sama Mr. Calon ujung-ujungnya berakhir di tong sampah, apalagi kalau merge di kartu undangan. Uh, kan sayang! 
  4. Takut nggak sesuai harapan. To be honest, I am not a photogenic young and cute lady. I don’t wanna mess around with our once-in-a-lifetime bloody pictures.

Ini hanya opini saya semata. Kembali lagi kepada pribadi masing-masing karena setiap orang memiliki pandangan dan pertimbangan berbeda-beda, apakah foto pre-wedding dianggap perlu? Singkatnya, akan ada tiga tipikal pasangan; berfoto karena kebutuhan, membuat memori tak terlupakan atau memang ingin menenteng nilai prestigius kepada tamu undangan. 

Terima kasih sudah membaca tulisan random ini. Ciao