Desember nanti, domain blog saya ini genap berumur tiga tahun. 

Sebenarnya sih saya mulai ngeblog (gratisan, via platform Blogspot) sejak kurang lebih sepuluh tahun lalu, saat menjadi seorang blogger dadakan lagi nge-hype dan tulisan isinya cuma buat curhat. Lalu memberi penamaan sesuai hakikat kamus al4y pada masanya. Ah, those good ol’ days

Barulah saya beralih ke WordPress sekitar tahun 2012 karena ingin mencoba mendapatkan penghasilan dari ngeblog dan WordPress memang memiliki lebih banyak fitur serta template menarik dibandingkan Blogspot— menurut saya pribadi sih. Isi blog masih seputar artikel perihal opini pribadi, cerpen, puisi, satu dua resep, dan curhat colongan. Hehe.

Ternyata mendulang cuan dari ngeblog (saat itu) tidak semudah yang saya pikir. Selain tidak pede menulis review apapun dan saya belum punya modal untuk traveling— ada keinginan juga jadi travel blogger, saya juga belum punya ilmu menulis online mumpuni sehingga tidak mengerti bentuk tulisan yang menghasilkan duit itu macem mana. Ternyata, owning my own domain is prerequisite, utamanya untuk memasang iklan semodel WordAds. Saat itu Adsense hanya bisa dipasang di Blogspot yah, kalo ga salah? (CMIIW). Sedihnya, saat itu saya juga nggak punya skill bikin website (untuk beli domain dan hosting sendiri) serta berpikir kalau biaya upgrade WordPress kemahalan. Ribet amat mba-mba ini!

Berhasil lolos Adsense lalu masuk ke dalam target jangka panjang versi dream book saya. Belum punya website, belum ngerti CSS, HTML, pokoknya bikin list dulu.

Hingga di awal tahun 2016, saya mendapatkan hadiah ulang tahun berupa (ta-da!) sebuah website, dong!

Ada harapan untuk ‘menggarap ulang’ proyek Adsense saya pada website yang dulu namanya thejournalstory.com.

Baca juga: Arti dari Nama Blog “The Journal Story”

Hadiah ini hanya bertahan setahun saja. Kesibukan yang nggak sibuk-sibuk amat serta alasan biaya membuat saya menelantarkan blog ini dan akhirnya tidak memperpanjang domain. Padahal saya tahu, umur domain juga menjadi salah satu penentu bisa lolos Adsense. Namun, bulan Desember 2017 saya memutuskan untuk bikin website sendiri lagi dengan nama domain yang berbeda sampai sekarang. Awal Januari, berbekal backup artikel terdahulu dan umur website kurang dari sebulan (hahah niat banget!), saya mencoba mendaftar Adsense pertama kali.

Oh ya, kenapa sih saya tertarik menggunakan Google Adsense? Bukan WordAds atau penyedia iklan lainnya?

Saya mulai tertarik dengan Adsense sejak mengetahui bahwa Adsense bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah hanya dengan menempelkan iklan yang disediakan Google di blog. Lalu kita dibayar saat pengunjung nge-klik iklan tersebut. Istilahnya Pay Per Click (PPC). Selama website yang kita miliki dijalankan dengan semestinya, I mean, sesuai dengan prasyarat yang diajukan Google Adsense, maka semakin besar pula bayaran iklannya. Bagi saya, ini bakalan lumayan banget kan sebagai sampingan?

Proses untuk mendaftar ke Google Adsense sebenarnya gampang. Tinggal login aja pakai akun Gmail disini www.google.com/adsense . Nah, lanjut ikutin aja deh instruksinya dan daftarkan domain kamu. Cara daftarnya emang gampang. Lolosnya ini yang susah! 😂 Ternyata ada kode HTML yang kudu di copy diantara <head></head> dan saya nggak ngerti gimana. Ouch!

penolakan-adsense

Well, I should thank Google and Youtube for this. Setelah menemukan caranya menempelkan kode, percobaan kembali berlanjut dan saya mencoba kembali pada bulan Oktober di tahun yang sama. Namun, alasan penolakan yang sama berkali-kali tetap saya terima hingga bulan Juli 2020: Copyrighted Content. Heleeeeh.

Oke, dengan mengecek artikel satu per satu via Copyscape, top up $10 buat dapet full analisa di Siteliner, kemudian menghapus satu-satu petikan lirik lagu dan quotes estetik yang ternyata tidak Adsense-friendly… setelah belasan submission kemudian… akhirnya saya mendapatkan email ini:

adsense-berhasil

Alasan Penolakan oleh Google Adsense dan Apa yang Harus Dilakukan

Selain dari konten yang tidak original atau hasil duplikasi dari website milik orang lain, menurut informasi yang saya dapatkan disini, ada beberapa alasan lain Google melakukan penolakan terhadap website kamu:

Masalah perkontenan

Normalnya, satu atau dua artikel dalam sebuah blog tidak akan membuat websitemu lolos Google Adsense (kalau memang ada yang punya pengalaman bisa di share pada kolom komentar, please! I’d like to hear from you!). Terlebih jika artikel ini hasil copy paste, tidak memiliki value bagi pembaca atau ada banyak artikel tetapi isinya hanya beberapa kalimat saja (mirip seperti blog saya dulu, isinya hanya quotes galau tidak layak baca. 😅  

Saran:

  1. Sebelum mendaftar Adsense, pastikan website kamu memiliki jumlah konten yang cukup. Berapa sebenarnya jumlah konten yang ditentukan agar bisa lolos? There is no exact answer on this, really. Logikanya, saya pribadi, jika berkunjung ke web blog orang, namun hanya memiliki konten kurang dari tiga, rasanya kok belum afdol kalau disebut website. Tapi pengalaman saya dengan konten 50+ saat mendaftar dan masih ditolak juga, berarti ada faktor lain yang mempengaruhi.
  2. Siapkan konten berkualitas, layak baca, dan informatif.
  3. Setiap artikel yang dimuat tentunya harus original (bukan hasil salinan mentah dari website milik orang lain), memiliki jumlah kata yang cukup serta sesuai dengan struktur sebuah artikel pada umumnya —jelas mana heading, paragraf, mana penomoran, t!d4k DiToeLiZ s3pErtY 1n! wkwkwk. Lagian apa nggak capek ngetiknya~
  4. Pastikan juga website kamu tidak memuat konten dengan unsur dewasa atau pornografi, memuat konten dengan pelanggaran hak cipta, tutorial hacking atau cracking, jual obat terlarang dan benda ilegal lainnya. 

Baca juga: Memelihara Blog, Kualitas atau Kuantitas?

Desain website yang amburadul

Berkunjung ke sebuah blog, pasti langsung klik tombol close begitu melihat warna background atau tulisan yang tidak kalem di mata. Or… uppercase letters are all over the place. Ini mau ngegas atau nulis? 😄

Tampilan menu yang membingungkan atau terlalu banyak widget yang tidak perlu juga sangat mempengaruhi. Pengunjung tidak akan betah jika loading website lama dan kurang nyaman dengan navigasi menu terlalu ribet. 

Saran:

  1. Use clean and simple website template instead. Kalaupun ciwi-ciwi seperti saya suka blog yang ada warnanya, research dulu kombinasi warna yang tidak bikin sakit mata sebagai identitas web blog kamu. Tiga jenis warna maksimalnya, saya rasa cukup. Tapi kembali lagi ke selera masing-masing ya. Asalkan warna tersebut konsisten digunakan pada struktur yang ditentukan sehingga terlihat rapi. 
  2. Pakai desain website yang user-friendly. Semakin ‘ringan’ sebuah website, maka kecepatan loading-nya juga makin cepat.
  3. Gunakan web template yang mobile responsive. Pengunjung kebanyakan browsing menggunakan smartphone, jadi upayakan desain website mengikuti layar ponsel.
  4. Pastikan website kamu memiliki navigasi jelas sehingga pengunjung tidak kesulitan menemukan konten yang dituju.

Sampai disini paham kan ya? Oke, selanjutnya…

Tidak ada halaman About, Contact dan Privacy Policy

Setelah saya telusuri, inilah penyebab ‘receh’ kenapa blog saya tidak bisa lolos adsense: tidak ada halaman Privacy Policy.

Apa sebenarnya fungsi halaman About, Contact dan Privacy Policy bagi terhadap lolos atau tidaknya pendaftaran Adsense?

Jadi, ketika websitemu memiliki tiga halaman maupun elemen ini, sebuah website akan dinilai profesional, bukan bot (bikinan manusia beneran tentu saja), dan tentu saja masuk hitungan ke dalam ketentuan Google Adsense. Salah satu dari tiga halaman atau elemen ini aja nggak ada, ga bakalan lolos. Boleh juga halaman About dan Contact jadi satu. Dalam halaman About dicantumkan pula contact form.

Halaman About idealnya merupakan penjabaran singkat tentang pemilik website dan website itu sendiri. Adanya contact form mempermudah interaksi dengan pengunjung dan meningkatkan kepercayaan terhadap brand website atau informasi yang terdapat di dalamnya. Bila perlu tambahkan tautan sosial media, fan page atau email, sehingga komunikasi jadi lebih gampang.

Sementara itu, untuk halaman Privacy Policy yang bikin saya merasa bego karena tidak membaca dengan baik ketentuan Google Adsense, juga memegang peranan penting. Adanya Privacy Policy ini meyakinkan Google bahwa website yang didaftarkan bukan sebuah scam dan memang benar digunakan dengan tujuan yang benar-benar… benar. Hehe.

Isi halaman Privacy Policy ini tentang informasi mengenai kebijakan website terhadap data pribadi pengunjung seperti bagaimana website mendapatkan data pengunjung dan data apa yang sekiranya dicantumkan saat mengisi kolom komentar, cookies… sederhananya begitu.

Awalnya saya juga ribet soal halaman Privacy Policy ini. Namun sudah ada plugin untuk membuatnya secara otomatis. Coba deh cek WP Auto Terms.

Catatan lain

Beberapa rangkuman yang belum disebutkan di atas mungkin bisa membantu kamu untuk mempersiapkan website sebelum mendaftar Google Adsense. Semongko!

  1. Meskipun Blogspot gratisan bisa mendaftar Google Adsense tanpa menggunakan Top Level Domain (domain .com, .net, .id dan jenis lain yang berbayar), saran saya sih sebaiknya beli domain dan hosting saja jika memang tujuannya untuk memonetisasi blog pribadi. Lebih profesional aja gitu kan. 
  2. Persiapkan website dengan matang paling tidak selama minimal tiga atau empat bulan sebelum mendaftar. Sebetulnya tidak ada hubungan umur website dan lolos atau tidaknya Adsense sih. Ada yang cepat diterima, ada yang kasusnya mirip saya. Selama komponen websitenya lengkap dan sesuai, pasti lolos.
  3. Google Adsense ini tidak memiliki persyaratan untuk minimal pageview harian atau bulanan tertentu seperti halnya WordAds. Dulu pernah coba daftar WordAds, lihat minimum trafik harian, langsung merasa kentang. Lima belas ribu per bulan, man! Lima ribu aja nggak nyampe. 🤣
  4. Tidak ada ketentuan web blog mesti pakai niche tertentu biar bisa lolos. Blog gado-gado seperti ginandtea.net ini juga bisa! 💜

Memasang Iklan Google Adsense di Blog Pribadi

Begitu email congratulations masuk inbox, saya langsung melipir ke halaman Google Adsense untuk menempelkan kode di blog menggunakan plugin Ad Inserter. I realized that I am not that code savvy. Akhirnya saya menggunakan fasilitas otomatis Google Adsense untuk menempatkan iklan.

Caranya, begitu masuk dashboard Google Adsense, pilih menu Ads lalu akan terlihat website yang didaftarkan. Kemudian klik tombol Edit.

Pada bagian Ad Setting, aktifkan menu Auto Ads. Tampilan iklan otomatis akan terlihat untuk layar desktop maupun ponsel. Nah, jumlah iklan dan posisi yang diinginkan bisa diatur sendiri. Mau iklan banyak atau sedikit, letaknya setelah atau sebelum header, tambahan di sidebar atau footer, jenisnya pop up, transisi atau tampilan iklan sesuai ukuran kolom… semua bisa disesuaikan. Semakin banyak iklan tentu potensi iklan di klik juga semakin besar. Tapi ingat, banyaknya iklan akan membuat speed website melambat dan terlihat ‘rusuh’. Pengunjung juga sulit untuk menemukan informasi yang dicari. 

Penghasilan Google Adsense

Ketika lolos Adsense, saya hanya berharap bisa mendapatkan penghasilan tambahan paling nggak hanya untuk bayar domain dan hosting (owalah.. jujur amat!). 

Sejak 18 November saya menempatkan iklan di blog ini, estimasi pendapatan hingga akhir November sekitar delapan ribu rupiah. Sedikit? Yaaa… agak susah rasanya mencapai threshold yang mencapai 1,3 juta itu. At least, I’ve done the baby step. Saya akan update lagi setelah tiga puluh hari karena balance-nya masih nol. Kira-kira sekitar tanggal 21 hingga 26 di bulan berikutnya berdasarkan informasi Google Support.

Baiklah, semoga pengalaman saya gajian dari Google Adsense segera disegerakan. I’ll send you an update for sure! 😉

Terima kasih sudah membaca!

With luv,