I’m home, but I still want to go home. 

Setiap hari, pikiran sudah terlalu sibuk untuk fokus membuat tujuan dan segala macam tetek bengek lainnya. Anak, kuliah, pekerjaan, rumah tangga, hingga seringkali saya bertanya kepada diri sendiri: kapan saatnya diri saya mendapat jeda?

Maklum yah, usia yang sebentar lagi melewati 30 tentu saja tidak lagi terbilang muda. 2023 bahkan segera mencapai ujungnya.

Di tengah-tengah hiruk pikuk ini, saya merasa harus ‘mengobati’ diri dengan melipir sejenak ke halaman ini. Ibarat catatan hidup, membaca kembali tulisan-tulisan yang telah lalu ternyata bisa memberi saya semangat. Dulu begitu mudahnya menyenangkan diri dengan menulis — cerpen, puisi, catatan kecil, you name it; dan perasaan ini tidak pernah berubah. Hanya saja, belakangan ini, media menulisnya saja yang agak sedikit berbeda. Saya bahkan mengunduh aplikasi serupa diary di smartphone dan menyempatkan untuk menulis sesingkat satu atau dua kalimat.

Mungkin saya harus (lagi-lagi) memulai menulis yang lebih…. manusiawi? You know, instead of posting some ads and giving you that peken (pasar—Balinese) vibe, bukannya lebih baik bercerita, meskipun peduli setan cerita-cerita saya terbilang oversharing? 😀

Hanya karena rasa kangen, saya kembali menemukan rumah dalam tulisan-tulisan ini.

In the midst of chaos, writing is home.